Translate

Sabtu, 11 Januari 2014

Shenzhen - Beijing. Huawei Undergraduate Working Experience.

part 1 : Jakarta - Hongkong

Melintasi jalanan kota Beijing yang bersih dan penuh gedung-gedung tinggi. Pohon-pohon yang cokelat, kering, tanpa daun, karena waktu itu sudah hampir memasuki musim dingin .Di sela-sela pohon beberapa kali terlihat rajutan erat ranting-ranting kecil sangkar burung.

Saat di Beijing, saya sudah berjanji untuk menulis tentang pengalaman saya sewaktu 2 minggu di China.  And as usual, procrascination selalu jadi penghambat utama. Hahaha.

But here we goes..

Saya beruntung mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Cina, melalui program telecom seeds the future Huawei. Program ini adalah program CSR Huawei untuk pengembangan undergraduate students. Setelah sebelumnya saya menjalani kerja praktek selama satu setengah bulan di Huawei Tech Investment, Jakarta. 

Duh, rasanya senang dan deg-deg an sewaktu saya dipastikan menjadi salah seorang dari 15 peserta yang akan berangkat ke Cina.

Tanggal 16 November.
My first take off.. 

Saya dan 4 orang teman saya dari IT Telkom (atau Telkom University sekarang) berangkat dari Bandung ke Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng pukul 12 malam. Loh emang pesawatnya jam berapa? Jam 10 pagi. ?? Iyah kamu nggak salah denger. Untuk jaga-jaga kemungkinan macet dan lain-lain, dan juga didukung factor over excited, kami berangkat jam 12 malam. Dan kami pun sampai ke Bandara, terminal 2 E jam.. 2.15 pagi. Masih sekitar 4 jam (waktu check in jam 8 pagi) dari waktu berkumpul, kami menghabiskan waktu dengan berkeliling bandara, beli cemilan, dan tidur-tiduran. Rasanya sumpah geje banget, haha..


Masih sepi…

Setelah menunggu dalam sepi sekian lama, akhirnya jam 6, teman-teman dari ITB yang juga berangkat pun mulai berdatangan. Tiba-tiba Ser.. Ser.. Gubrak! Suara trolley jatuh pun sempat mengagetkan kami, rupanya PR Huawei kesayangan kami, Mbak Diny, memutuskan untuk muncul dengan cara tidak biasa. Trolleynya sempat meluncur dan terguling kearah kami.

Sejatinya Mbak Diny dan Feng Huan yang akan menemani kami ke Cina. Tapi Mbak Diny ada pekerjaan lain, dan akhirnya hanya Feng Huan yang akan menemani kami selama di sana.

“Saya masih ada masalah sama visa. Kalian duluan saja. Saya besok pagi menyusul. Nanti di sana ada yang menjemput.”, katanya dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.

Lah?

Akhirnya kami berangkat ber lima belas tanpa ditemani satupun orang Huawei. Hehe.. Tapi untungnya tidak ada masalah. Sekitar 5 jam perjalanan, kami sampai ke Bandara Hongkong dengan selamat..

Pengalaman naik pesawat pertama..

Bandara Hongkong sangat besar. Begitu turun dari pesawat, selintas muncul perasaan haru dan tidak percaya bahwa kaki sudah menginjak di bagian bumi yang lain.


Begitu keluar, kami kebingungan ketika melihat hiruk pikuk di luar. Tiba-tiba orang yang berjalan sedikit di depan saya dipeluk dan diberi bunga. Oalah.. ternyata saya keluar bandara bersamaan dengan Fatin Shidiqia, juara X-Factor yang kini menjadi bintang dimana-mana.

“Kuwi lho Fatine, mbalik rono. Itu lho Fatinnya, jalan kearah lain”. 

Sayup-sayup terdengar suara perempuan histeris dalam bahasa Jawa. Ternyata bandara Hongkong hari itu dipenuhi oleh orang-orang Indonesia yang mengadu nasib ke Hongkong. Dalam hati saya berpikir.. Ini bandara Hongkong atau dimana... T_T

Kami dijemput oleh Cyntia dari costumer relationship Huawei. Cyntia ini sebenarnya orang Cina. Seperti kebanyakan orang Cina lainnya, Cyntia juga punya nama lain dari nama aslinya. Karena memang kebanyakan nama-nama Cina susah untuk diingat dan disebutkan. Setelah dibagikan sim card, kami berangkat menuju Shenzhen dengan Bus.



Proses dari bandara Hongkong ke Shenzhen sangat ribet. Kami harus bolak balik mengangkat tas dari bagasi Bus untuk menjalani pemeriksaan. Danna, salah seorang dari kami, pun harus digiring ke ruang interogasi. Untung ada Cyntia yang bisa menyelesaikan masalah tersebut. Begitu Danna keluar, ia juga masih celingukan bingung ketika ditanya.

“ Nggak tahu. Udah bilang can you speak English. Tapi tetep aja mereka ngomong pakai bahasa Cina”.

Saat Cyntia datang, baru kami tahu bahwa pemeriksaan itu hanyalah random check.



Kami pun melanjutkan perjalanan ke dormitory Huawei di Shenzhen. Waktu itu sudah hamper petang di Cina.. Ada saat-saat dimana semuanya terdiam, entah kenapa, mungkin sama seperti saya, menikmati pemandangan Negara lain yang berbeda satu jam dari Indonesia.. untuk pertama kalinya.. Cina..

(bersambung..)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar